Psikes.com
– Dalam Rangka Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (HAKTP) 2025, Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Psikologi dan kesehatan Komisariat UIN
Walisongo Semarang berhasil mengadakan kegiatan Diskusi Ilmiah Responsif Gender
dengan tema “Perempuan Melawan Sunyi: Korban Menjadi Suara Perubahan”. Acara
ini juga merupakan acara kolaborasi pertama bersama PMII Rayon Abdurrahman
Wahid dan Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Walisongo Semarang.
Dokumentasi oleh : PMII Rayon Psikologi dan Kesehatan
Acara
ini dihadiri langsung oleh Kepala PSGA UIN Walisongo Semarang yaitu bu Titiek
Rahmawati, M. Ag dan dua pemateri diskusi yaitu Bu Dewi Khurun Aini, M.A selaku
Kaprodi Psikologi UIN Walisongo dan Bu Witti Muntari, M.Pd selaku Direktur LRC
KJHAM Semarang.
Pada
acara kolaborasi kali ini, isu responsif gender lebih difokuskan. Mulai dari
apa itu kekerasan seksual serta bentuk-bentuk kekerasan seksual. kegiatan ini
bertujuan untuk membuka ruang dialog kritis dan edukatif mengenai pemahaman,
penanganan, serta pemberdayaan penyintas kekerasan gender. Beberapa pernyataan
dari moderator berusaha memantik jalannya diskusi isu gender pada acara
tersebut, mulai dari victim blaming, safe
space, serta proses recovery
korban kekerasan berbasis gender yang berhasil membuat antusias para peserta
menjadi sangat tertarik pada jalannya sesi diskusi.
Proses
diskusi berjalan sangat menarik karena pembahasan kekerasan seksual tidak hanya
diambil dari kacamata psikologis tetapi juga hukum, yang membuat para peserta
merasa sangat insightfull dalam
mendengarkan sesi diskusi.
“Kekerasan
seksual bukan isu yang main-main melainkan harus menjadi perhatian bersama
karena akan menjadikan korban merasa bersalah, stress, hingga pada trauma yang
akan berpotensi untuk menjerumus ke hal-hal yang tidak diinginkan seperti bunuh
diri,” ujar salah satu pemateri.
“Sebagai
seorang mahasiswa yang peduli akan isu ini, kita harus bersama mengawal dan
terus menciptakan ruang aman bagi orang-orang di sekeliling kita, baik itu di
lingkungan keluarga, masyarakat maupun kampus tercinta kita,” ungkap Bu Witti
Muntari, M.Pd.
Kami juga
mewawancarai Koordinator Biro Advokasi dan Gender PMII Rayon Psikologi dan
Kesehatan yaitu Nazwa Azizah, mengenai harapan yang dinginkan setelah
berakhirnya acara Diskusi Ilmiah Responsif Gender ini, “Menurut saya, setelah
terselenggaranya kegiatan Diskusi Ilmiah Responsif Gender yang berkolaborasi
dengan LPSAP Rayon Gusdur dan PSGA UIN Walisongo ini, harapannya tidak berhenti
hanya pada forum diskusi saja. Saya berharap kegiatan ini bisa menjadi langkah
awal untuk meningkatkan kesadaran dan sensitivitas gender di kalangan
mahasiswa, terutama dalam lingkungan akademik.
Melalui kolaborasi
lintas lembaga ini, semoga muncul lebih banyak ruang dialog dan penelitian yang
berpihak pada keadilan gender, serta mendorong mahasiswa untuk berani bersuara
terhadap isu-isu ketimpangan yang masih terjadi di sekitar kita. Kami ingin agar
semangat responsif gender ini terus berlanjut dalam bentuk aksi nyata dan
advokasi berkelanjutan.”
Reporter: Imam Aqil Macca Safrin Lalaki
Redaktur: Kuni Zahidah
Tim Jurnalis
Biro Kajian dan Gerakan
PMII Rayon Psikologi dan Kesehatan
Komisariat UIN Walisongo Semarang
.jpeg)