Diskusi Politik Prabowo-Gibran dan Dilema Arah Kebijakan: Jalan Perubahan atau Pengulangan

 

Dokumentasi oleh Panitia Diskusi Politik

Psikes.com - Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Psikologi dan Kesehatan bersama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Psikologi dan Kesehatan berhasil menyelenggarakan Diskusi Politik (DISTIK) #1 pada Kamis  (24/04/2025). Diskusi politik kali ini mengangkat tema "Menimbang Janji dan Realita: Mengkaji Arah Kebijakan Sosial Politik Pemerintahan Prabowo-Gibran". Menghadirkan Krisnaldo Triguswiri S. Sos., M.A.P. atau yang akrab disapa Mas Krisna selaku pemantik,  acara ini sukses mengupas bagaimana bobroknya rezim pemerintahan di Indonesia saat ini.

“Puisi ini merupakan representasi dari kemarahan rakyat dan sejalan dengan tema diskusi ini yang mengkaji arah kebijakan era Prabowo-Gibran yang dinilai mengesampingkan partisipasi rakyat kecil dan hanya menguntungkan penguasa-penguasa dalam tanda kutip oligarki.” ucap Sabahat Imam Aqil selaku pembaca puisi.

Acara dilanjut dengan sesi diskusi yang dipandu oleh Mas Krisna yang tentunya membuka insight dan pandangan baru terutama bagi mahasiswa-mahasiswi kesehatan. Panjangnya durasi diskusi politik tidak memadamkan semarak forum, sesi tanya jawab yang diikuti dengan pertukaran pandangan dari berbagai peserta berhasil mengobarkan suasana.

Diskusi politik kali ini diusung dengan pembahasan bagaimana era presiden baru Indonesia, Prabowo Subianto digadang-gadang berhasil membuat kemajuan pembangunan dan penguatan ketahanan nasional Republik Indonesia yang mana tidak sesuai dengan keadaan yang telah berlangsung hingga hari ini. Bukti sudah terjadi secara langsung di hadapan rakyat yang takut kembalinya era 1966-1998 di mana maraknya pembantaian, perlawanan yang terbesit bengis, hingga hanya untuk sekedar mengkritik saja harus dihadapkan dengan pidana. Tagar #IndonesiaGelap sangat mudah ditebak ramai terjadi Indonesia. Bagaimana tidak, sejak awal adanya plutokrat atau oligarki yang memiliki perpanjangan tangan ke kebijakan dan membiayai atau mencokongi siapa saja yang akan maju menduduki pemerintahan.

Dokumentasi oleh Panitia Diskusi Politik

Dilihat dari sisi pembahasan sudah sangat memikat perhatian banyaknya mahasiswa. Seperti yang diungkapkan oleh peserta program studi sosiologi, Ahmad Alvani berucap “Saya memiliki ketertarikan khusus terhadap isu politik yang masif dan harus dikaji, hal yang paling menarik adalah hal-hal ini dibahas diantara kelompok eksakta dan non-eksakta," ucapnya terkait alasannya mengikuti acara ini.

“Dunia kesehatan ranahnya sangat jauh dengan dunia politik. Namun tidak menjadi larangan untuk menyadarkan kepada mahasiswa bahwa politik itu sangat penting untuk Indonesia kedepannya,” ujar ketua pelaksana diskusi politik, Kuni Zahidah.

Satu peran dari satu arah tidaklah cukup untuk membenahi para aktor negara yang nampaknya seperti mengabaikan demokrasi sebagai sistem pemerintahan Indonesia yang sah. Tidak memandang program studi yang beragam, mahasiswa itu satu sebagai agen perubahan dan pergerakan. Telah disuarakan motif kuat tergabungnya dalam diskusi politik oleh partisipan yang merupakan mahasiswa psikologi, Yesen Bahtiar mengucapkan “Adanya keresahan, kepedulian, dan cinta terhadap negeri ini, Indonesia”.

Kegiatan Diskusi Politik berakhir pada pukul 18.10 WIB di mana forum ini ditutup dengan Political Statement oleh Mas Krisna “Buat yang lelah istirahat. Yang menyerah, kamu bebas tentukan keterlibatan. Yang berapi-api, tenang. Kamu tidak terbakar sendiri.” Tutupnya.

Pada akhir sesi, terdapat pembacaan poin-poin tuntutan oleh Koordinator kementrian Sosial dan Politik. Beberapa poin tuntutan oleh Mahasiswa Aliansi Fakultas Psikologi dan Kesehatan tersebut ialah:

1. Menuntut untuk dibatalkannya Revisi UU TNI dan RUU POLRI

2. Menolak bangkitnya kembali dwifungsi ABRI yang semakin melanggengkan impunitas TNI melalui pengisian jabatan sipil oleh militer aktif.

3. Mendesak masyarakat sipil untuk bersatu dalam menolak revisi ini dan memastikan supremasi sipil tetap terjaga dalam sistem demokrasi Indonesia.

4. Menuntut transparansi dan partisipasi publik dalam setiap kebijakan strategis.

5. Mendesak untuk adanya Evaluasi Total Program Makan Bergizi Gratis.

6. Mendesak untuk dibentuknya Satgas Independen Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Pendidikan dan Pemerintahan.

7. Mengecam penggunaan aparat bersenjata dalam konflik lahan dan lingkungan.

8. Menuntut adanya keadilan perlindungan Buruh dan Petani.

9. Hentikan Perusakan Lingkungan demi Kepentingan Oligarki.

10. Mengesahkan RUU Perlindungan Masyarakat Adat dan RUU Perampasan Aset.

Begitulah beberapa poin tuntutan yang digemakan oleh para mahasiswa aliansi, diharapkan dengan adanya suara-suara kecil ini mampu membuat sadar rezim pemerintahan kita dan berubah menjadi lebih baik lagi.

 

Reporter          : Aura Najma Rahmadhani dan Nathania Izza Maulidy

Redaktur         : Novia Rizky Kamilulfalaah

Tim Jurnalis

Biro Kajian dan Gerakan

PMII Rayon Psikologi dan Kesehatan

2025

PMII Rayon Psikologi dan Kesehatan Komisariat UIN Walisongo Semarang

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Rayon Psikologi dan Kesehatan merupakan sebuah kawah candradimuka yang membentuk dan melahirkan para kader militan, berintegritas, serta memiliki jiwa ksatria dengan tetap patuh terhadap nilai-nilai dasar pergerakan. Dibingkai dengan pendekatan eksakta, Rayon Psikes hadir sebagai rahim pergerakan yang menekankan pada rumpun ke-fakultatif-an dalam kerangka profesionalisme. Selain itu, juga berkomitmen mencetak kader progresif dan solutif yang siap berkontribusi dalam dunia akademik maupun sosial kemasyarakatan. Melalui bara semangat menyala yang terkandung pada trimoto “Dzikir, Fikir, dan Amal Sholeh”, PMII Rayon Psikologi dan Kesehatan terus mendorong gerakan transformasi sosial berbasis keilmuan dan kesadaran kritis, khususnya dalam isu-isu kesehatan mental, kesehatan masyarakat, dan keadilan sosial. Rayon Psikes juga turut serta aktif dan responsif dalam berbagai kegiatan advokasi, kajian keilmuan, pengabdian masyarakat, dan pengembangan potensi kader secara holistik.

Post a Comment

Previous Post Next Post