[ARTIKEL] CARA PSIKOLOGI “MENERAWANG” MANUSIA: PERAN PSIKOMETRI

 

CARA PSIKOLOGI “MENERAWANG” MANUSIA:  PERAN PSIKOMETRI


Memahami kepribadian manusia bukanlah sesuatu hal yg mudah, karena kepribadian adalah sesuatu yang bersifat laten atau tidak Nampak, maka dari itu untuk memahaminya butuh waktu yang sangat Panjang. Pembahasan mengenai tingkah laku manusia sudah banyak dibahas sejak zaman Yunani Kuno Banyak tokoh filsuf yang membahas terkait permasalahan ini yaitu diantaranya yang paling terkenal adalah Hipokrates (460-375 SM). Hipokrates membagi  4 tipe kepribadian berdasarkan cairan tubuh yang dominan yaitu:    Sanguine (periang) didominasi oleh darah   Melankolis (murung) sumsum hitam     Kolerik (cepat bereaksi) sumsum kuning  Plegmatis (lamban) lender. Di dalam ajaran ajaran islam juga sebenarnya sudah membahas terkait jiwa manusia, yang mana ilmu ini disebut sebagain ilmu nafsh. Pengertian dari Nafsh sendiri adalah suatu yang berdiri sendiri, namun memiliki keterkaitan antara akal dan badan. Tokoh yang paling masyhur salah satunya ialah Al- Ghazali. Pada abad modern, munculah tokoh yang memformakan pebahasan mengenai jiwa sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Yaitu seorang ilmuan berkebangsaan jerman yang bernama Wilhem Wundt. Beliau dianggap sebagai “bapak psikologi” karena wundt adalah orang pertama yang mendirikan laboratorium psikolog formal pertama dan membuat jurnal riset psikologi di Universitas Leipzig jerman tepatnya pada tahun 1879. Dari situ psikologi diangkap sebagai ilmu yang mapan dan berdiri sendirir. akhirnya mulai saat itu banyak perkembangan mengenai riset psikologi modern dan banyak bermunculan teori-teori psikologi yang sekarang kita kenal.

Dari teori tersebut dibentuklah alat tes psikologi yang dilandaskan berdasarkan teori yang ada. tes psikologi terbagi menjadi tiga, yaitu (a) Tes proyeksi, yaitu tes yang mengkategorikan kepribadian individu berdasarkan stimuli ambigu. Stimulus bisa berupa kata, kalimat, gambar, foto, bercak tinta yang ambigu dan tidak terstruktur. Tes ini banyak dikembangkan berdasarkan teori Freud dan Jung. Namun tes proyeksi sendiri memiliki validitas dan reliabilitas tes rendah, karena dalam memberikan kesimpulan sangat luas. (b) Tes Inventory Tes inventori adalah Tes inventori merupakan self report Questionnare, untuk menentukan karakteristik-karakteristik kepribadian, minat (interested), sikap (attitude), dan nilai-nilai (value). Tes inventori sangat berguna untuk mengetahui karakteristik kepribadian seperti minat, penyesuaian diri, motivasi, dan prasangka. (c) Tes intelegensi atau tes kecerdasan adalah sebuah alat tes yang mengukur kemampuan kognitif seseorang yang mencakup kemampuan penalaran dan pemecahan masalah.

Nah untuk dapat mengetahui bahwa alat ukur yang ada atau skala yang kita susun kita sususn dapat menjawab atau menggambarkan dengan tepat apa yang ingin kita ukur. Di sinilah kita perlu yang namanya psikometrika, ini adalah salah satu cabang psikologi yang kurang popular dan sedikit orang yang menggeluti bidanag tersebut karena cabang psikologi yang satu ini cukup kental dengan matematika dan perhitungan. Maka dari itu, pada tulisan kali ini akan dibahas dasar-dasar dari psikometrika.

Apa sih sebenarnya yang diukur dari manusia? Nah yang diukur dari manusia adalah atributnya. Atribut sendiri adaah sesuatu hal yang  melekat pada sesuatu. contohnya seperti kita ingin mengukur sebuah meja, nah sebenarnya kita Melakukan pengukuran dari atribut meja seperti tinggi, berat, Panjang, volume dan sebagainya. Meja hanya sebagai objeknya. Begitu pula dengan psikologi, dalam psikologi yang diukur adalah atribut yang melekat pada manusia khususnya yang berhubungan dengan psikologis manusia. Dalam psikolgi atribut terbagi menjadi dua yaitu (a) Variabel manifest yaitu atribut yang dapat diamati secars langsung dan (b) Laten variabel, yaitu atribut yang tidak dapat diukur secara langsung, laten variabel membutuhkan variabel manifest untuk dijadikan sebagai indikatro-indikator untuk menunjukan seberapa besar atribut tersebut melekat pada individu. Dikarenakan atribut ukur dalam manusia itu sangat kompleks sehingga ini tidak dapat diketahui secara lagsung. Misalnya kita ingin mengetahui kecerdasan emosi Seseorang. Kita tidak bisa langsung mengukur dengan satu perilaku tunggal saja tapi perlu diukur melalui beberapa indikator yang menunjuikan kecerdasan emosi. Selain itu atribut juga dibagi menjadi dua yaitu (a) Maximal performance atau kognitif, seperti test potensial sperti test IQ dan test Aktual yaitu seperti test seleksi masuk perguruan tinggi, test ujian nasional dan sebagainya (b) typical performance, seperti tes minat, bakat dan trait.

Artibut ukur berdasarkan dari bentuk data sendiri dibagi menjadi dua yaitu (a) kuantitatif, konstruk atau atribut bersifat kontinyu yang menunjukan sebuah derajat seperti rendah, sedang tinggi dan semacamnya. Atribut ini juga dimiliki semua orang, namun pada setiap orang memiliki kadar atau tingkatan yang berbeda (b) Kualitatif, konstruk atau atribut yang bersifat kategori yang khusus dimiliki individu. Contohnya seperti konstruk dari kepribadian, karena setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda dan itu hanya pengelompkan. Namun tidak semua test kepribadian merupakan test kategorikal saja, karena dalam kepribadian sendiri dibagi berdasarkan atributnya menjadi dua yaitu: (a) kepribadian dilihat sebagai trait, kepribadian dilihat sebagai data yang kntinyu, yaitu memiliki derajat. Misalnya ekstrovert Seseorang dapat diukur dari kedua kepribadian tersebut, di situ akan dilihat seorang individu memiliki tingkatan yang bergerak dari ekstrovert keintrovert yang rendah atau tinggi (b) Kepribadian dilihat dari tipe atau kategori.  Dalam hal ini individu hanya boleh memiliki satu kepribadian saja, atau jika kepribadian dibagi menjadi interovert dan ekstrovert maka individu itu harus ada di salah satunya saja.

Dalam psikometri terdapat dua pendekatan yaitu Classical test theory (CTT) Dalam CTT ini tidak bisa langsung menghasilkan skor sesungguhnya, tapi bisa menunjukan observerd Score (X) dengan cara penjumlahan dari  True Score (T) dan error  (E) dalam pengukuran. maka didapatkan rumus X=T+E.  dan yang kedua adalah Item Respon Theory (IRT) karena CTT memiliki banyak sekali kekurangan seperti tidak bisa menunjukan nilai sesungguhnya dari suatu individu, maka di sini IRT ada melengkapi hal tersebut. pada teori respon butir menggunakan model matematis dengan mengkorelasikan kemampuan responden dengan karakteristim butir soal. Jadi probabilitas subjek dalam menjawab butir dengan benar tergantung dari kemampuan individu. Ada beberapa model dalam IRT yaitu IRT dengan satu parameter logistic (1PL) atau dikenal dengan Rasch model. IRT ini menggunakan satu parameter saja yaitu tingkat kesuaran butir, yang kedua adalah dua parameter logistic (2PL) di sini menggunakan Taraf kesukaran dan daya beda dana ini dapat memungkinkan butir membedakan kemampuan individu, yang ke tiga adalah tiga Parameter logistic (3PL) ini ada tambahan melihat guessing yang terjadi pada karakter butir. Yang terakhir adalah empat parameter logistic (4PL) meliputi daya beda, tingkat kesulitan, pengecoh dan kuisoner. Namun model 3PL dan 4PL sangat sulit diterapkan dikarenakan butuh sampel yang banyak untuk menghasilkan hasil yang akurat.  IRT tidak hany dilakukan pada data skala item dikotomus saja IRT juga bisa digunakan pada skala item Politomus seperti skala likert yang tidak hanya memuat benar dan salah. Ini disebut dengan IRT model Politomus sedangkan butir yang hanya memuat salah dan benar disebur IRT model Dikotomus.


Penulis : Muhammad Dzuhri Muzayyin (Anggota RTL Kajian dan Gerakan)

PMII Rayon Psikologi dan Kesehatan Komisariat UIN Walisongo Semarang

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Rayon Psikologi dan Kesehatan merupakan sebuah kawah candradimuka yang membentuk dan melahirkan para kader militan, berintegritas, serta memiliki jiwa ksatria dengan tetap patuh terhadap nilai-nilai dasar pergerakan. Dibingkai dengan pendekatan eksakta, Rayon Psikes hadir sebagai rahim pergerakan yang menekankan pada rumpun ke-fakultatif-an dalam kerangka profesionalisme. Selain itu, juga berkomitmen mencetak kader progresif dan solutif yang siap berkontribusi dalam dunia akademik maupun sosial kemasyarakatan. Melalui bara semangat menyala yang terkandung pada trimoto “Dzikir, Fikir, dan Amal Sholeh”, PMII Rayon Psikologi dan Kesehatan terus mendorong gerakan transformasi sosial berbasis keilmuan dan kesadaran kritis, khususnya dalam isu-isu kesehatan mental, kesehatan masyarakat, dan keadilan sosial. Rayon Psikes juga turut serta aktif dan responsif dalam berbagai kegiatan advokasi, kajian keilmuan, pengabdian masyarakat, dan pengembangan potensi kader secara holistik.

Post a Comment

Previous Post Next Post