SEDIH YANG SELALU DISEMBUNYIKAN
Buah Karya : Imam Aqil Macca Safrin Lalaki (Anggota RTL Kajian dan Gerakan)
Tidak kah kau lelah jika harus menggunakan topeng setiap hari? Disaat tawa mu kau perlihatkan, mengapa justru sedihmu kau sembunyikan?
Begitulah
diriku disudut kamar, menyendiri diiringi sepi tak ada siapapun yang menemani.
Hanya sinar purnama yang setia menerangi kegelapanku yang setiap malam di huni
sepi.
Mati
suri hati ini, tidak berani mengatakan bahwa sedang sedih untuk kesekian kali.
Hanya bisa menulis di buku harian kecil untuk menutupi gemuruh tangis ini.
Pada
siapa lagi ku bisa mengaduh akan gundah yang gaduh ini? Hanya dinding kamar
yang menjadi sandaran terbaik saat sedih menghampiri dan bantal yang menjepit
telinga sebab takut datang bisikan-bisikan untuk bunuh diri.
Setiap
insan memiliki samudera kesedihannya sendiri-sendiri dan tempat bersandarnya
masing-masing. Disaat yang lain mengaduh pada orang yang disayangi, aku malah
menelusuri malam yang sunyi bersama bayanganku sendiri.
Tidak
ada cahaya atau penerangan, hanya ada gelap dan kebutaan. Bukannya aku suka
berteman dengan sepi. Tapi sedari kecil keadaan sudah memaksaku untuk bungkam
di hadapan orang yang kusayangi.
Percayalah
aku juga ingin ditemani, aku takut di bunuh dengan kesedihan ini, bahkan aku
takut mati ditanganku sendiri. Aku pernah dimarahi karena marah, aku pernah didiamkan
karena mengutarakan kekecewaan.Lalu pada akhirnya, ku rasa diam adalah
yang terbaik ketika datang sedih dan kecewa.
Namun,
tidakkah kau sadar apa yang lebih kelam dari kesedihan? Ialah orang-orang yang
dada nya penuh luka tapi yang ia perlihatkan hanya senyum dan tawa hangatnya.
Entah sampai kapan sedih
yang berkepanjangan ini ber(akhir).