PANGGILAN MULIA
Buah karya : Poppy Regina Batari (Anggota RTL Kajian dan Gerakan)
"Allahuakbar,
Allahuakbar..."
Mendengar
suara adzan berkumandang bertepatan dengan terbenamnya matahari. Aku selesai
mencuci piring bekasku makan, segera pergi ke kamar untuk bersiap-siap
melakukan sholat bersama tetangga sekitar di mushola belakang rumah. Selesai
sholat dan membaca bacaan yang biasa di baca setelah sholat, kami
bersalam-salaman satu sama lain. saat hendak mencium tangan nenek tua yang
terakhir tiba-tiba tanganku di tarik oleh beliau.
"Anak
e sopo nduk?" (anaknya siapa nak ?) beliau bertanya dengan bahasa Jawa.
"Kulo
Aina putrine pak Abdul, mbah" (Saya Aina putrinya pak Abdul, nek) jawabku,
tapi
beliau
terlihat bingung mungkin karena nama Abdul tidak hanya ada satu di desaku.
"Abdul
putrone mbah neng, mbah" (Abduh putrinya mbab neng, nek) tambahku
"kelas
piro sampean nduk ?" (kelas berapa kami nak ?) tanyanya lagi
"kelas
3 aliyah mbah" jawabku, setelah itu beliau membiarkanku mencium tangannya.
Hal
tersebut sudah biasa terjadi, setiap hari pasti ada aja yang ditanya, dari
anak-anak kecil yang ikut orang tuanya sholat sampai yang seumuran dengannya,
beliau pegang tangannya dan mengulang pertanyaan sebelum-sebelumnya. Bahkan
sudah tidak terhitung berapa kali beliau bertanya hal tersebut kepadaku.
Aku
berpamitan pada nenek tua itu, dan segera pulang ke rumah. Ternyata ayah dan
ibuku sudah ada didepan teras, mereka terlihat membicarakan sesuatu, ayah yang
sesekali meminum tehnya, dan ibu yang terlihat nyaman duduk di kursi dengan
perut besarnya, tak lupa diiringi dengan irama alami dari teriakan kedua adikku
yang main kejar-kejaran keluar masuk rumah. Aku segera mendekat dan mencium
tangan mereka berdua, ayah menyuruh aku duduk sebentar diantara mereka berdua
sebentar.
"Nduk,
awakmu tak budalno umroh purun ?" ( Nak, kamu ayah berangkatkan umroh mau
?) tanya ayah kepadaku yang masih sibuk menyamankan duduk di kursi.
Aku
kaget dan hanya bisa diam beberapa saat, sambil melihat kedua wajah orang tuaku
yang terlihat senyum menyakinkan, seolah-olah yang ditanyakan ayahku itu serius
bukan hanya bercandaan.
"Nek
sampean purun, mbenjeng ayah daftarno sampean sisan gae ngancani mbah neng, 3
bulan mane sampean mpun budal" (Kalau kamu mau, besok ayah daftarkan kamu
buat nemenin mbah neng, 3 bulan lagi kamu sudah berangkat) tambah ayahku
Karena
itu juga tersasuk dari mimpi aku langsung menjawab dengan anggukan kepala dan
senyuman yang bahagia. Setelah itu aku disuruh pergi ke kamar untuk melepas
mukenah. Di dalam kamar aku tidak langsung melepas mukenah, aku duduk di
pinggir kasur dan mengingat do'a yang selalu aku ucapkan selesai sholat di
sepertiga malam, aku selalu berdo'a untuk diizinkan menginjakkan kaki di tanah
suci, bisa ziarah ke tanah suci makkah dan madinah. Aku yang selalu
membayangkan rejeki dari Allah yang tak di sangka-sangka dan selalu yakin suatu
saat nanti aku pasti bakal kesana bersama dengan kedua orang tuaku. Dan setelah
mendengar perntanyaan ayahku bahwa 3 bulan lagi aku akan kesana untuk memenuhi
panggilan mulia ini rasanya begitu campur aduk, antara sedih dan senang
sekaligus, sedih karena aku datang kesana tidak bersama kedua orang tuaku, senang
akhirnya doa dan keyakinanku dijawab oleh Allah secepat ini.
Waktu
berjalan begitu cepat, 2 bulan ini aku mengurus paspor, vaksin, dan manasik
umroh bersama jamaah umroh yang lain. 2 bulan tersebut juga rasa tidak percaya
diri, malu dan tidak pantas menghantuiku. Jawaban dari semua itu terjawab saat
aku bermain sosmed, ada sebuah video yang muncul dan makna dari video tersebut
yang bisa aku ambil adalah bahwa umroh atau haji itu panggilan dari Allah, jika
ada orang yang baik agamanya, kaya dan dirasa mampu untuk pergi umroh atau haji,
tapi jika Allah belum menghendaki untuk memenuhi panggilan-Nya saat ini, maka
belum ada sentuhan di hatinya untuk pergi kesana atau ada saja urusan penting
yang tidak bisa ditinggalkan dan harus segera diselesaikan.
Setelah
itu aku mulai membuka jalan pikiranku lebih positif, lebih yakin dengan takdir
Allah, dan lebih bersyukur atas nikmat besar yang diberikan Allah kepadaku,
lebih fokus ibadahnya, berdoa sampai waktu keberangkatan tiba, dan belajar
do'a-do'a yang dibaca disana dari buku yang diberikan saat manasik umroh.
Tiba
hari dimana aku dan mbah neng akan berangkat untuk memenuhi panggilan ke tanah
suci, Aku dan bersama rombongan keluarga yang terdiri dari 1 bus mini sudah
sampai di bandara, Mereka semua memastikan barang-barangku tidak ada yang
ketinggalan. Sampai waktunya aku harus mulai masuk untuk pemerikasaan, aku
berpamitan mencium tangan dan meminta doa restu, mereka memelukku dan mbah neng
secara bergantian, mendoakan kami agar selamat berangkat dan pulangnya,
mendoakan kesehatan kami, dan menitip pesan agar segera dapat panggilan kesana
juga, kami semua menangis. Sampai tersisa pada 2 orang terakhir yang sangat
berharga di hidupku, Ibuku yang sudah dari tadi berkali-kali menyeka air
matanya yang berjatuhan, dan tiba saatnya ibu memelukku air matanya bertambah
deras, sangat lama ibu memelukku dan tak henti-hentinya selalu merapalkan doa
untukku, ibu mengakhiri dengan ciuman di pipi kanan, kiri dan pelukan singkat
lagi yang diberikan untukku. Yang terakhir aku pamit ke ayahku, beliau dari
tadi terlihat sangat tenang, tapi terlihat jelas dimatanya menahan air mata
agar tidak jatuh begitu saja didepanku dan mbah neng, matanya terlihat sangat
merah, saat aku pamit dan memeluknya, ayahku memberikan beberapa pesan untukku
dengan suara yang sedikit serak dan mengakhiri pelukannya dengan mencium semua
wajahku, dari pipi kanan, kiri, kening, dagu, memainkan kedua hidung kami dan
memberikan pelukan singkat.
Aku,
mbah neng dan bersama jamaah lain akan masuk untuk check-in, sudah beberapa
langka dan akan masuk pintu, aku melihat kebelakang, mereka melambai-lambai
tangannya padaku dan aku membalasnya, sampai akhirnya mereka sudah tidak
terlihat. sebelum check-in aku harus melalui proses keamanan dulu, setelah aman
semua kami check-in dan menunggu sebentar pengumuman dari bendahara
keberangkatan pesawat kami, Kami semua sudah di pesawat dan akan melakukan
perjalanan selama 10 jam untuk sampai di bandara bandar udara internasional
Pangeran Muhammad bin Abdul Aziz yang terletak di Madinah.